Skip to main content

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit


Morfologi dan Pertumbuhan Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa Sawit berumah satu atau monoecious yang artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon, sehingga penyerbukan dapat terjadi sendiri maupun silang.



      1. Akar
Berfungsi untuk menunjang struktur batang, menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah dan sebagai salah satu alat respirasi. System perakaran merupakan system serabut terdiri dari akar primer, sekunder, terrier, dan kuarterner. Masing-masing berukuran 6-10 mm, 2-4 mm, 0,7-1,2 mm dan 0,2-0,8 mm. Akar kuarterner diasumsikan sebagai akar absorbsi utama (feeding root). System perakaran yang aktif berada pada kedalaman 5-35cm. Berdasarkan model simulasi tentang arsitektur dan perkembangan system perakaran kelapa sawit, pemenuhan akar absorbs pada horizon permukaan tanah telah terjadi pada tahun ke-5 dan mendapatkan hara dan air dalam tanah.
Pertumbuhan dan percabangan akar dapat dipacu bila konsentrasi hara (terutama N dan P) cukup besar. Kerapatan akar akatif yang tinggi terjadi pada gawangan dimana daun-daun pelepah ditumpuk dan mengalami dekomposisi.
SIMULASI ZONA ABSOBSI 
DIAGRAM SISTEM PERAKARAN
2. Batang
Berfungsi sebagai struktur pendukung daun, bunga dan buah, sebagai system pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah serta kemungkinan juga sebagai organ penimbunan zat makanan. Pertambahan tinggi batang bisa mencapai 35-75 cm per tahun, panjang buku tentang (internode) berkisar 14-33 mm.
Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun tua sampai umur 11-15 tahun selanjutnya bekas pangkal pelepah mulai rontok, biasanya mulai dari bagian tengah pokok meluas keatas dan kebawah.
DIAGRAM FILOTAKSIS (pola susunan daun) Kelapa Sawit
3. Daun
Daun merupakan “pabrik” yang sebenarnya bagi produksi minyak dan inti kelapa sawit. Titik tumbuh aktif menghasilkan bakal daun setiap 2 minggu, memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi menjadi daun dewasa pada pusat tajuk dan dapat berfotosintesis sampai 2 tahun lagi. Proses inisiasi daun sampai layu (senescense) kira-kira 4 tahun. Pada kerapatan 140 – 150 pk/ha dengan tanpa penunasan daun, senescence umumnya terjadi pada daun ke 48,50. Primordia daun dihasilkan dalam pola spiral genetic, berdasarkan suatu sudut divergen besarnya 137,5ยบ disebut sudut Fibonacci.
Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21 dan seterusnya, setiap angka pada susunan spiral merupakan penjumlahan dua angka sebelumnya, susunan kelipatan 8 daun umum dijumpai, tetapi kelipatan 5,13 dan 21 juga dapat dijumpai.


4. Bunga
Tanaman kelapa sawit setelah ditanam dilapangan mulai berbunga pada umur 12-14 bulan tergantung dari varietas dan type umur bibit ditanam dan juga kondisi lingkungan. Pada tanaman muda terutama pada saat tanaman mulai berbunga sering dijumpai bunga banci atau bunga hermaprodit. Pada bunga ini dalam satu tandan dijumpai bunga jantan dan bunga betina.
Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga dan akan pecah jika akan antheis ataupun sesudah antesis. Antesis adalah periode dimana bunga sepenuhnya terbuka dan fungsional. Tiap tandan memiliki 100-250 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dengan diameter 1-1,5 cm. tiap spikelet berisi 500-1500 bunga kecil yang berwarna kuning pucat dan bunga jantan akan matang dimulai dari bagian sebelah bawah. Tiap tandan bunga jantan, sesuai dengan umumnya dapat menghasilkan tepungsari sebanyak 25-60 gram dan jumlah ini dihasilkan dalam waktu 2-3 hari. Setelah antheis selesai seluruhnya tandan buah agak berwarna abu-abu karena ditumbuhi cendawan.
Sex ratio adalah angka perbandingan jumlah bunga betina terhadap total bunga (termasuk bunga abnormal) yang dinyatakan dalam persen (%).
5. Buah
Buah akan matang 4-6 bulan setelah terjadi penyerbukan yang saya ketahui dilapangan. Kematangan buah, khususnya yang digunakan sebagai kriteria matang panen diperkebunan adalah lepasnya buah secara alami atau sering disebut telah membrondol.
Didalam buah sendiri buah kelapa sawit memiliki 2 varietas, Dura dan Pisifera.
Dura memiliki presentase mesocarp terhadap buah bervariasi 35-50% dan dijumpai ada yang mencapai 65%. Cangkang yang dimiliki lumayan tebal berkisar 2-8 mm, tidak mempunyai lingkar sabut dikelilingnya. Inti relative besar. Rendemen relative rendah 17-18%. Dura sangat baik digunakan sebagai induk betina.
Pisifera dengan karakteristik tidak mempunyai cangkang. Sisa cangkang digantikan oleh lingkar serabut disekeliling inti. Karena tidak ada cangkang presentase mesocarp terhadap buah sangat besar dan rendemen juga sangat tinggi. Pisifera sering disebut juga sebagai pohon jantan yang steril karena sebagian besar tandan aborsi paa awal perkembangannya. Karena itu Pisifera tidak dapat ditanam secara komersial. Pisifera digunakan sebagai induk jantan dari persilangan Dura><Pisifera yang menghasilkan tipe ketiga yaitu Tenera. Bahkan varietas Tenera sering digunakan baik di PT. Swasta atau PTPN , karena tipe ini banyak ditanam secara komersial diperkebunan.
Tenera sendiri memiliki karakteristik gabungan dari kedua induknya, cangkang tebalnya 0,5 mm – 4 mm, disekelilingnya ada lingkar serabut. Ratio mesocarp terhadap buah sangat tinggi 60-96%. Rendemen minyak 22-24%.



SEMOGA BERMANFAAT :))


DOKUMENTASI WAKTU PRAKERIN, PTPN IV KEBUN BAH JAMBI 10 JANUARI 2016


JANGAN LUPA TERSENYUM DAN BAHAGIA...๐Ÿ˜„

Comments

Popular posts from this blog

SEJARAH KELAPA SAWIT

SEJARAH KELAPA SAWIT DI INDONESIA Kelapa sawit (Elaeis guieneensis jacq) merupakan tumbuhan tropis dalam famili Palmae, yang berasal dari Guinea , Afrika Barat, dengan nama seorang penemu  Jacquin . Pada tahun 1848 kelapa sawit ditanam pertama kali dikebun Raya Bogor, selanjutnya menyebar ke Muaraenim, Musi Ulu dan Belitung pada 1869 – 1890. Perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia dirintis oleh K.Schadt, pengusaha jerman di tanah Itam Ulu, Sumatera Utara pada tahun 1911, juga pada tahun yang sama oleh M.Adrien Hallet, pengusaha Belgia membuka kebun kelapa sawit di Sungai Liput, Aceh Timur dan di Pulau Raja, Sumatera Utara. Pada tahun 1915 luas kebun kelapa sawit 2.715 ha, pada tahun 1939 tercatat 66 perusahaan perkebunan yang ditangani pengusaha Belanda  dengan luas  ±  100.000 ha dan Indonesia menjadi produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Pada waktu itu minyak sawit banyak dimanfaatkan sebagai minyak pelumas. Tahun 1942 – 1945 perkembangan kebu

KLASIFIKASI DAN PENYEBARAN KELAPA SAWIT

Klasifikasi dan Penyebaran KELAPA SAWIT Berdasarkan metoda klasifikasi Carolus Linnaeus, Divisi                 : Embryophita Siphonagama Kelas                 : Angiospermae Ordo                  : Monocotyledonae Family               : Aracaceae (dahulu disebut Palmae) Subfamily           : Cocoideae Genus                : Elaeis Spesies             :   Elaeis guineensis Jacq.      Elaeis oleifera (H.B.K) Cortes    Elaeis odora Elaeis guineensis jacq. Dengan jumlah kromosom n=16 atau 2n=8a=24C, (menurut Darlington & Wylie, Arasu memiliki 32 kromosom). Elaeis berasal dari kata Elaion (Yunani=minyak), guineensis berasal dari kata Guinea (Pantai Barat, Afrika) dan Jacq singkatan dari Jacquin, seorang botanist Amerika. Varitas dari Elaeis guineensis Jacq. Cukup banyak diklasifikasikan dalam berbagai hal. Misalnya : tipe buah, bentuk luar, tabel cangkang, warna buah, dll. Berdasarkan warna buah dikenal varitas : ·          Nigrescens         : b